
PUASA DALAM SYARIAT TARIKAT DAN HAKIKAT
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي هَدَانَا لِطَرِيْقِهِ الْقَوِيْمِ، وَفَقَّهَنَا فِي دِيْنِهِ الْمُسْتَقِيْمِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ سَبَبًا لِلنَّظْرِ إِلَى وَجْهِهِ الْكَرِيْمِ. وَرَسُوْلُهُ السَّيِّدُ السَّنَدُ الْعَظِيْمُ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ أُوْلِى الْفَضْلِ الْجَسِيْمِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الْكَرِيْمِ، فَإِنِّي أُوْصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ الْحَكِيْمِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ: شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدىً لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى dan والفُرْقَان
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Salah satu ibadah yang diperintahkan kepada kita adalah puasa. Puasa bukan sekedar menahan lapar dan dahaga, namun memiliki dimensi esoterik yang lebih dalam Islam, yaitu dalam syariat, tarekat, dan hakikat. Dalam syariat, puasa didefinisikan sebagai menahan diri dari makan, minum, dan segala hal yang membatalkannya sejak terbit fajar hingga terbenam matahari dengan niat beribadah kepada Allah. Ini adalah aspek lahiriah yang wajib kita jalankan sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 183:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa diwajibkan sebagaimana atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”(QS. Al-Baqarah: 183)
Namun, puasa tidak berhenti pada aspek syariat saja. Puasa seharusnya juga dikerjakan memenuhi dimensi tarikat yang merupakan latihan spiritual untuk mengendalikan nafsu dan mendekatkan diri kepada Allah. Puasa dalam tarekat adalah bagian dari perjalanan batin seorang hamba menuju maqam yang lebih tinggi dalam kedekatan dengan Allah. Puasa dalam tarekat bertujuan untuk menyucikan jiwa (tazkiyatun nafs), mendisiplinkan hati, dan memerdekakan diri dari dominasi hawa nafsu. Jika puasa syariat membatasi diri dari hal-hal fisik yang dibatalkan, maka puasa dalam tarekat menuntut seseorang untuk menahan diri dari segala bentuk keburukan, baik yang terlihat maupun tersembunyi di dalam hati. Bila puasa secara syariat ditentukan waktunya dari mulai terbit fajar hingga terbenam matahari maka puasa secara tarikat waktunya adalah sepanjang umur kita.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Imam Al-Ghazali dalam Ihya' Ulumuddin menjelaskan bahwa puasa memiliki tiga tingkatan:
- Puasa orang awam – menahan diri dari makan, minum, dan hubungan suami istri.
- Puasa orang khusus (khawas) – menahan diri dari dosa, menjaga panca indera dari hal-hal yang diharamkan.
- Puasa orang khusus dari yang khusus (khawasul khawas) – menahan hati dari segala sesuatu selain Allah, melepaskan diri dari kecintaan duniawi, dan hanya bergantung kepada-Nya.
Puasa dalam tarekat lebih condong ke tingkatan kedua dan ketiga, di mana seorang hamba harus berusaha menjaga hatinya tetap bersih dari penyakit batin seperti riya', ujub, sombong, dan hubb ad-dunya (cinta dunia berlebihan). Dalam tarekat, nafsu dianggap sebagai penghalang utama dalam perjalanan menuju Allah. Puasa adalah salah satu cara efektif untuk meningkatkan pengaruh nafsu dan melatih diri untuk lebih tunduk kepada Allah.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Dalam tarekat, tujuan akhir dari semua ibadah, termasuk puasa, adalah mencapai kondisi fana fillah (melebur dalam cinta kepada Allah) dan baqa billah (hidup bersama Allah). Puasa membantu seorang hamba untuk melepaskan kemelakatan ke dunia dan lebih bergantung kepada Allah. Hal serupa dikatakan oleh seorang wali Allah, “Puasa sejati adalah ketika engkau tidak hanya meninggalkan makanan dan minuman, tetapi juga meninggalkan segala sesuatu yang terkesan jauh dari Allah.” Puasa dalam tarekat tidak hanya melatih ketahanan dan ketahanan fisik, tetapi juga melatih hati untuk berserah diri sepenuhnya kepada Allah. Ketika seorang hamba mencapai maqam ini, dia tidak lagi berpuasa karena kewajiban semata, tetapi karena kerinduan kepada Allah dan keinginan untuk lebih dekat dengan-Nya. Puasa dalam tarekat mengajarkan kita untuk memperbaiki diri dari dalam, membersihkan diri dari dosa-dosa batin.
Jamaah yang dimuliakan Allah,
Selanjutnya Puasa dalam perspektif hakikat adalah “berpuasanya hati dari segala sesuatu selain Allah” (imsak al-qalb ‘amma siwallah) . Dalam tingkatan ini, seorang hamba tidak hanya meninggalkan makan, minum, dan hal-hal yang dibatalkan secara fisik, tetapi juga kutukan dari romansa duniawi dan menggantinya dengan kesadaran penuh akan kehadiran Allah. sama seperti yang dikatakan oleh para sufi:
“Puasa sejati adalah menahan hati dari cinta dunia, menahan akal dari berpikir selain Allah, dan menahan ruh dari bergantung kepada selain-Nya.” Salah satu tujuan utama puasa dalam hakikat adalah mencapai musyahadah, merasakan yaitu kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupan. Ketika seseorang berpuasa secara lahir dan batin, hatinya menjadi lebih bersih dan siap menerima cahaya Ilahi (nur Ilahi). Rasulullah ﷺ bersabda:
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ، فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ
“Bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan: kebahagiaan saat berbuka, dan kebahagiaan saat bertemu dengan Rabbnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah berfirman dalam sebuah hadis qudsi:
الصَّوْمُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
"Puasa itu untuk-Ku, dan Aku sendiri yang akan membalasnya." (HR. Bukhari & Muslim)
Dalam hadis ini, Allah secara khusus menyebut puasa sebagai ibadah yang berhubungan langsung dengan-Nya.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Marilah kita bersama-sama menjadikan puasa sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas iman dan takwa kita. Puasa dalam syariat menjaga tubuh kita dari hal-hal yang dibatalkan. Puasa dalam tarekat menjaga hati dari penyakit batin. Dan puasa dalam hakikat menghubungkan kita secara penuh kepada Allah dengan mencintai-Nya lebih dari segalanya.
Semoga Allah menerima puasa dan amal ibadah kita serta menjadikan kita termasuk orang-orang yang meraih derajat muttaqin. Aamiin ya Rabbal 'alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَاإِلٰهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. أَكْرَمِ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَذُنُوبَ وَاَلِدِيْنَا وَجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ . اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا صِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَصَالِحَ أَعْمَالِنَا، وَاجْعَلْنَا مِنْ عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ، وَأَدْخِلْنَا جَنَّاتِكَ جَنَّةَ النَّعِيمِ.
اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Bagikan ke :